Hari ini, saya ikut berpartisipasi dalam acara ACSC
2nd ANNIVERSARY SELEBRATION yang diadakan oleh lembaga pendidikan Australian
Child Studies Centre (ACSC) di jl. Ngagel Jaya Utara 46, Surabaya. Dalam acara
yang dimulai pada jam 08:00 itu, ACSC meggelar tiga lomba, yaitu: lomba
fashion, menyanyi, dan mewarnai. Akan tetapi, acara yang dijadwalkan akan
berakhir pada jam 14:00 WIB itu ternyata berjalan lebih cepat. Tepatnya pada
jam 11:00 WIB acara tersebut sudah berakhir.
Untuk mengisi waktu yang masih tersisa, panitia
menyempatkan semua sponsor seperti dari Bank Mandiri, Penerbit Pustaka Lebah,
dan lainnya untuk mempresentasikan produk dan keunggulannya. Namun, yang maju
ke depan untuk mempresentasikannya hanya dari Bank Mandiri saja, sedangkan yang
lain tidak. Entah karena apa. Yang jelas, saya merasa sedikit menyesal karena
tidak bisa maju ke depan. Padahal ada banyak gumpalan gagasan dan argumen yang
ingin saya sampaikan.
Sebagai seorang marketing buku edukasi anak (Pustaka
Lebah), saya benar-benar merasa miris melihat statistik minat baca di Indonesia
yang jauh lebih rendah daripada Negara-negara maju semisal Singapura, Prancis dan
semisalnya. Masih banyak masyarakat di Indonesia beranggapan bahwa mengenalkan
media baca semisal buku sejak usia dini tidak begitu penting. Padahal menurut
berbagai pakar pendidikan semisal Burton L. White (1980) dalam The First Three Years of Life, atau
menurut Benjamin S. Bloom (1980) dalam All
Our Children Learning-nya menyebutkan bahwa anak pada periode 4 tahun
pertama merupakan masa “golden age”
(masa keemasan). Yang mana dalam masa golden
age inilah perkembangan kecerdasan otak anak sangat cepat. Sekitar 50%
lebih cepat, daripada anak usia 4-8 tahun (30%) atau 8-18 tahun (20%).
Kondisi inilah yang harus benar-benar disadari oleh
masayarakat Indonesia. Bahwa mengenalkan buku pada anak sejak usia dini relatif
penting. Apalagi sejak periode golden age
anak. Walaupun ada sebagian orangtua mengutarakan keluhan dan ketakutan bahwa,
jika anak sudah diberi buku nantinya akan menjadi beban baginya, bahkan anak
hanya akan menyobek-nyobek buku dan sebagainya. Namun, tahukah anda bahwa, cara
belajar anak prasekolah melalui media buku sangat berbeda dengan cara belajar
orang remaja ataupun dewasa.
Di sinilah dibutuhkan inovasi pembelajaran anak
yakni, melalui metode pembelajaran secara ‘fun’ atau mengasyikkan (meliputi learning, playing, dan having fun). Tentunya harus dengan didampingi
dari orangtua, karena dengan orangtua-lah, di samping anak akan merasakan kasih
sayang, juga dapat menumbuhkan cinta antara orangtua dan anak.
Untuk itulah, pustaka lebah sebagai penerbit media
edukasi untuk anak hadir, dalam rangka menumbuhkan minat baca anak-anak
Indonesia sejak usia dini. Sehingga ketika anak sudah masuk ke sekolah dasar (SD),
SMP, SMA dan perguruan tinggi keluasan wawasan dan skill-nya dapat terasah dan berkembang dengan baik. Pada
gilirannya, bangsa Indonesia akan menjadi bangsa yang benar-benar mempunyai skill yang signifikan, baik itu dalam soft skill-nya maupun hard skill-nya.
Setidaknya itulah sebagian gumpalan gagasan yang
ingin saya sampaikan pada event di ACSC.
Namun, gagasan hanyalah tinggal gagasan, dan saya hanya bisa menyampaikannya
lewat tulisan.
Pada tanggal 28 April nanti, saya mau pulang ke
Madura. Saya merasa sudah saatnya untuk pulang. Di samping karena jadwal kursus
bahasa Inggris di Waru, Pamekasan, Madura akan dimulai pada 1 mei 2012 untuk English Elementary Program, saya juga
amat rindu pada ibu, bapak, dan semua keluarga di Madura. Kemungkinan besar,
pada tanggal 27 April nanti, saya mau resign dari pekerjaan saya sebagai telemarketing buku di penerbit media
edukasi anak Pustaka Lebah. Itupun kalau tak ada aral melintang.
Semoga Allah memberikan yang terbaik bagi saya,
bagi hidup saya, dan bagi keluarga saya. Amin
ya Rabbal Alamiin…
Surabaya,
22 April 2012 in Office of LM Formasi, at 16:50 WIB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar