Mengenai Saya

Jumat, 29 September 2017

Catatan Kecil Sejarah


Dalam hal silang sengkarut pembacaan sejarah komunisme, PKI dan G30S '65, saya lebih simpatik bicara lagu 'Genjer-genjer'. Lagu yang pernah dilarang diperdengarkan dan dinyanyikan pada masa Orde Baru (1966-1998) karena dianggap hymn for PKI.
Genjer-genjer adalah karya seni dari Bahasa Osing khas Banyuwangi, ditulis M. Arief pada 1942 dan baru populer setelah dinyanyikan ulang oleh Bing Slamet dan Lilis Suryani pada 1962. Arief menulis lagu ini sebagai bentuk protes atas penjajahan Jepang yang telah membuat rakyat pribumi kelaparan. 
Liriknya sederhana, merakyat, sama sekali tidak ada kaitan dengan politik ataupun PKI. Aransemennya bahkan terdengar melankolis, pedih, menderita, gambaran rakyat di masa kolonialisme sebelum Indonesia merdeka. Amat jauh dari kesan kejam, brutal apalagi anti-kemanusiaan.
Terlepas dari kenyataan sejarah tentang penghianatan, pemerasan, pembunuhan, pemelintiran fakta, atau pembacaan-pembacaan semacamnya, baik simpatisan maupun bukan, sejarah tetaplah penting. Bukan untuk menjudge, bukan! Agar tidak dhalim. Itu saja.
Seni tetaplah seni. Dan sejarah akan tetap hidup sebagai sebuah pelajaran, sepahit apapun. "Happy is the poeple without history," Dawson say. But, that's impossible! That's nothing! Karena kita, dunia kita, semuanya adalah bagian dari sejarah.
Catatan Kecil 30 September‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar