Setelah dua tahun Presiden Jokowi menjabat, telah
banyak perubahan-perubahan yang dilakukan. Pembangunan infrastruktur maupun
deregulasi bidang pendidikan, sosial, ekonomi maupun politik, perlu diakui
cukup banyak memberikan jalan ke arah yang lebih positif. Presiden juga masih
memperingatkan bahwa pembangunan-pembangunan tersebut (khususnya di bidang
infrastruktur) masih jauh tertinggal daripada yang diharapkan. Sehingga,
pemerintahan mulai kembali melakukan percepatan pembangunan.
Masa pemerintahan Presiden Jokowi
mungkin termasuk kali pertama yang mengadakan berbagai perombakan besar secara
cepat, mulai dari tingkat birokrasi eksekutif dengan adanya reshuffle di tubuh
kementerian hingga berbagai revolusi di tingkat pelayanan bidang kesehatan,
sosial, pendidikan dan ekonomi.
Dalam konteks pemerintahan demokrasi
di Indonesia, dimana presiden menjadi komando dari segala aktivitas pemerintah,
akan sangat besar kontrol sosial kepada presiden. Publik pun dapat menilai
kinerja yang dilakukan dalam pemerintahan, kemudian memberikan masukan melalui
lembaga legislatif yang ada. Sehingga akan sangat besar kemungkinan melakukan
berbagai kebijakan pembangunan disertai dukungan dari masyarakat.
Pemerintahan sekarang, dalam
hemat penulis, dapat disebut dengan era pemerintahan pembangunan, di mana pada
periode jabatan Presiden Jokowi ini sangat tepat bagi segala aktivitas
pembangunan untuk dilakukan. Menyambut segala perubahan dan perkembangan zaman
di dunia, Indonesia memang butuh segala perbaikan untuk dapat bersaing dan
menjadi negara yang tidak gampang disepelekan. Percepatan pembangunan sejatinya
bukan hanya dalam bidang infrastruktur, melainkan lebih pada perbaikan dalam
wilayah yang lebih personal seperti pendidikan, kesehatan dan perbaikan
ekonomi.
Pemerintahan pembangunan ditandai
beberapa hal. Pertama, reformasi birokrasi dalam tubuh pemerintahan.
Pembangunan akan sangat baik jika diawali dengan secara terus-menerus
memperbarui kualitas sumber daya manusia di tubuh pemerintahan. Adanya reshuffle dalam tubuh pemerintahan pusat
(dalam hal ini kementerian) tentu akan sangat baik karena adanya semangat yang
baru dalam memberikan dukungan dan dorongan terhadap presiden. Akan tetapi,
pertimbangan yang penting dalam reformasi ini yakni bukan hanya karena unsur
kedekatan politik saja melainkan yang lebih penting adalah didasari pilihan
rasional presiden yang khusus bagi efektvitas kinerja di pemerintahan.
Kedua, ideologi pembangunan (ideology’s of development) begitu tampak
dan terasa oleh masyarakat banyak. Pembangunan seharusnya dilakukan murni hanya
untuk kepentingan umum tanpa melibatkan kepentingan pribadi ataupun kelompok.
Problematika program reklamasi yang belakangan ini mencuat tentu berpotensi
menimbulkan kepincangan dalam pelaksanaan pembangunan itu sendiri.
Beberapa alternatif perlu
dipertimbangkan khususnya dalam pelaksanaan proyek reklamasi tersebut.
Alternatif tersebut bisa dilakukan dengan cara sosialisasi terlebih dahulu
misalnya, sehingga akan timbul perasaan dihargai dalam diri masyarakat. Dalam
ideologi pembangunan memang butuh ditanamkan akan nilai-nilai kemanusiaan,
sehingga tidak lagi dianggap hanya akan memperkeruh keadaan dengan timbulnya
konflik antara masyarakat dan pemerintah. Apa yang menjadi masalah kebijakan
reklamasi dalam pemerintahan pembangunan selama kepemimpinan dua tahun Jokowi
setidaknya perlu menjadi pelajaran bersama.
Ketiga, realisasi pemerintahan
pembangunan menjadi agenda mendesak manakala dilakukan melalui pemberdayaan,
terutama di bidang ekonomi. Konsep Nawacita Jokowi dalam bidang ekonomi
sejatinya harus menjadi acuan bagi standar operasional pelaksanaan (SOP) dalam
bidang pembangunan ekonomi. Pemberdayaan ekonomi masyarakat menengah ke bawah (midle and lower class) setidaknya harus
menjadi program jangka panjang dalam bidang ekonomi pemerintah. Selain
mengembalikan kekayaan negara yang bersifat Nasional, pemerintah juga perlu
melakukan langkah-langkah taktis yang massif demi mengangkat derajat
perekonomian masyarakat secara umum.
Apa yang dilakukan Menteri
Perekonomian Sri Mulyani melalui program text
amnesty atau pengampunan pajak, perlu dikembangkan ke arah penguatan sektor
ekonomi mikro. Pengusaha-pengusaha di dalam Negeri dewasa ini perlu pengakuan
melalui berbagai program pemerintah yang tersertifikasi. Lembaga-lembaga
sertifikasi seperti LSP di bidang profesi khususnya kewirausahaan perlu
digalakkan secara menyeluruh di semua daerah di Indonesia.
Dalam hal ini Kementerian
Perekonomian (Kemenko) perlu menjalin relasi dengan berbagai elemen masyarakat
dan kementerian lain khususnya di bidang ketenagakerjaan.
Keempat, eksistensi pemerintahan
pembangunan ini sejatinya sangat cocok bagi sebuah keadaan transisi dari negara
Dunia Ketiga atau negara berkembang menuju negara maju. Pembangunan, baik di
sektor industri-ekonomi, pendidikan, sosial dan budaya memang butuh inovasi
teknologi yang hadir dari dalam negeri, karena tidak bisa dipungkiri bahwa
hadirnya teknologi untuk memperlancar aktivitas manusia memang menjadi
kebutuhan di era dewasa ini. Untuk itu, diperlukan penyosialisasian di berbagai
sektor masyarakat industri.
Dengan demikian, pembangunan dalam era pemerintahan Presiden Jokowi
perlu mendapat dukungan dari masyarakat mulai akar hingga rumput. Pemerintahan
daerah, dalam hal ini, juga ikut bertanggung jawab melaksanakan pembangunan
dengan tetap mengutamakan kepentingan umum. Akan sangat disayangkan jika dalam
pemerintahan pembangunan ini hanya melibatkan kelompok-kelompok sosial
tertentu, karena dalam pemerintahan pembangunan harus murni berorientasi pada
kepentingan bersama, yakni kepentingan warga negara Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar